Konstruksi Sosial tentang Kecantikan

Tugas Akhir/Skripsi Sosiologi
Disusun oleh: Anggun K. Widhiarti
Universitas Airlangga
Program Studi Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik

Intisari:

Penelitian ini berawal dari rasa ketertarikan peneliti dalam melihat realitas, bahwa wanita dengan kebutuhannya dijaman modern ini semakin merebak terutama dalam hal kecantikan. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyaknya fasilitas kecantikan dan inovasi yang muncul untuk menunjang usaha wanita dalam mempercantik diri akibat konstruksi sosial yang muncul terhadap deskripsi wanita cantik. Sehingga terlihat bahwa wanita dijaman modern ini, memiliki banyak tuntutan terhadap dirinya dan cenderung mengekploitasi diri dengan fasilitas kecantikan yang menawarkan berbagai macam produk baik yang dimulai dengan berteknologi tinggi dan tradisional, baik yang dapat dipertanggungjawabkan maupun yang tidak dapat dipertanggung jawabkan dari segi keamanan dan kenyamanannya. Terutama pada wanita bekerja yang harus berhadapan dan berinteraksi dengan customer atau rekan kerjanya, yang memberikan peluang lebih besar terhadap kebutuhan yang kompleks sebagai symbol aktualisasi diri, pertahanan diri untuk meningkatkan prestise sosial dan ekonomi.

Masalah yang dikaji dalam penelitian ini tentang konstruksi sosial n wanita bekerja terhadap kecantikan di Surabaya yang dianalisis melalui teori Interaksionalisme Simbolik dan Looking Glass Self dari Charles Horton Cooley. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui informasi yang diperoleh dari enam informan wanita yang berkarier di Surabaya pada bidang yang berbeda-beda untuk mendapatkan informasi yang bervariasi. Teknik penentuan informan menggunakan teknik snowball, yaitu informan yang dipilih sesuai dengan kriteria tertentu. Sedangkan pengumpulan data dilakukan melalui observasi, depth interview dan penelusuran melalui artikel. Data para informan itulah yang akan dikaji melalui proses pemetaan (mapping) yang kemudian dianalisis melalui serangkaian metode dan penelitian kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita bekerja dapat mengkonstruksikan kecantikan berdasarkan teori yang dimiliki Charles Horton Cooley, melalui proses Interaksionalisme Simbolik dan Looking Glass Self yang menghasilkan kesimpulan yang berbeda-beda tentang lingkungan yang paling berpengaruh dalam mengkonstruksikan kecantikan. Meskipun menjadi wanita bekerja, ternyata tidak semua lingkungan ditempat kerja itu menjadi inspirasi, tempat terdekat ataupun tempat yang paling berpengaruh terhadap pola pikir mereka. Melainkan juga lingkungan lain seperti, keluarga, pendidikan, tetangga, teman dekat. Hal tersebut tergantung pada segi intensitas bertemu dan berkumpul pda lingkungan tersebut, maupun kesadaran akan kebutuhan dan manfaat yang sesuai dengan yang diinginkannya. Lingkungan tersebut tidak hanya menjadi pola pikir saja namun juga menjadi inspirasi untuk menjadi sosok yang dipikirkannnya. Terutama dengan adanya interaksi dengan orang lain yang secara tidak langsung menilai diri individu dan menyampaikannya pada individu tersebut.